Quarterlife crisis, karena semua punya masanya.

11.29


Apakah kalian pernah terserang rasa gelisah ketika melihat timeline social media isinya foto pre wedding, foto akad nikah atau foto resepsi? Sedangkan kalian hanya rebahan  diatas tempat tidur yang lampunya temeram sambil men-scroll social media . Atau kalian pernah mengalami suatu momen ketika kalian duduk di pojokan perpustakaan  kampus lalu di luar jendela nampak sekelompok squad girls yang sedang menyeruput kopi mahal  yang sedang merencanakan liburan mereka ke luar negeri? Atau disebuah kesempatan arisan keluarga, ada sepupu kalian yang umurnya hampir sebaya sedang menempuh S2 dan sepupu yang lain  mempunyai pekerjaan yang diidamkan hampir semua calon mertua. Sadangkan kalian hanya bekerja di perusahaan tidak ternama dengan gaji UMR saja.
Teruntuk kalian yang sedang atau mengalami itu, berbahagialah karena itu amat sangat normal. Aku pun juga pernah merasakan itu ketika umurku 25 tahun. 3 tahun lalu, aku melihat timeline social media ku penuh dengan foto prewedding teman-teman sekelassku semasa sekolah, atau bahkan foto bayi-bayi baru lahir bertebaran di akun teman sebayaku. Tak hanya itu, sahabatku sendiri, baru saja menyelesaikan pendidikan S2 nya dan mepunyai pekerjaan yang seetle. Sadangkan aku? Aku masih saja berurusan dengan persiapan masuk universitas dan single pula. Pernah suatu malam, aku hampir membeli iket pulang ke indonesia, karena aku tidak tahu lagi, harus memperpanjang visa dengan cara apa, dan dapat penghasilan darimana untuk membiayai hidupku disini. Ditanah rantau yang dikira orang sangat megah dan bergelimang harta. Dimalam itu, aku ingat betul, aku bertanya kepada diriku sendiri, aku ini sesungguhnya sedang mencari apa? Sedang mengejar apa? Entah kalian percaya atau tidak, dititik dimana kalian tidak tahu lagi harus berbuat apa maka tangan Tuhan yang digerakan oleh doa orang tuaku lha yang menolong aku menjawab pentanyaan itu. Selang setengah jam kemudian, ada kawan lama yang memberi tawaran pekerjaan sampingan yang hasilnya lumayan.  keesekon harinya ada telpon dari kollega yang bersedia membantuku untuk keperluan Visa. Singkat cerita, 3 tahun 7 bulan kemudian, yakni hari ini aku sedang mahasiswa semester 4 salah satu Perguruan Tinggi Negeri dan baru seminggu aku menyandang status istri. Ini bukan nasib baik, tapi hasil dari kerja keras dan berserah diri.
Karena  semua punya masa, iya masanya sendiri. Jadi untuk kalian yang sekarang sedang sedih, menangislah sekancang-kencangnya,  selagi kalian bisa merasakan sedih, karena sedih punya masanya.karena sedih pasti berganti,percayalah! Seperti danau, yang pasti bertepi. Jika kalian sekarang merasa risau, kalian tidak sendiri sebab semua orang yang hidup pernah merasa kacau. It’s life! Itu bagian dari kehidupan, nikmati saja.
Di Dunia psikologi ada yang namanya Quarterlife crisis. Hampir setiap orang pernah berada pada krisis  ini. Jadi untuk kalian yang sedang berumur antara 20-30 merupakan hal normal jika kalian merasakan hal-hal yang aku sebutkan pada artikel pembuka. Karena di Usia 20an kita barusa saja meninggalkan masa remaja atau masa putih abu-abu yang tak terlupakan lalu bertranformasi menjadi seorang dewasa muda yang penuh tuntutan dan tanggung jawab. Yaaa kaget dong! Karena di interval umur ini, hampir semua baru dihidup kita contohnya pasangan, pekerjaan atau bahkan keturunan. Remaja sekiatar 13 -18 tahun adalah masa mencari jati diri. Sedangkan dimasa 20-30 tahun adalah masa mempertanyakan apakah semua keputusan yang kalian ambil benar? atau petanyaan akan melakukan apa untuk masa depan? Kenapa disebut Quarterlife crisis? Karena pada umur-umur dewasa muda inilaha salah satu krisis yang harus dihadapi dalam hidup, karena hidup tidak segampang menjawab pertanyaan Quiz di Eat Bulaga SCTV yang jawabannya hanya „iya, tidak dan bisa jadi“  dimasa ini kalian harus menjawab pertanyaan kalian sendiri, karena jawaban itulah yang mentukan jalan hidup mana yang akan kalian ambil.

semoga tulisan ini bermanfaat ;)


You Might Also Like

1 komentar