tahun ke dua

12.41


-be crazy enough to know you can do anything ini life-

11 agustus 2015 saya terbang dari malang menuju Düsseldorf. itu penerbangan pertama saya. deg deg an iya, tapi takut tidak. karena saya yakin tidak akan hilang atau tertinggal pesawat, toh saya bisa bahasa inggris pikir saya waktu itu. uang dari tabungan jual gorengann piscok di kampus, hasil nge guide tiap akhir pekan ke bromo dan tentunya sumbangan orang tua terkumpulah jadi 3 lembar kertas bernama tiket pesawat. ketika SD saya membaca buku tentang presiden ke 3 Indonesia yakni bapak Bacharudin Jususf Habibie. di buku tersebut banyak sekali bercerita tentang kota Aachen dan tentunya negara Jerman, dimana eyang Habibie melanjutkan pendidikan hingga bergelar Profesor Doktor. waktu SMP kakak saya pulang ke rumah membawa majalah berbahasa jerman, katanya oleh-oleh dari temannya yang mendapat beasiswa Sommerkurs (sekolah non formal selama musim panas) di Jerman.
kurang lebih latar belakang diatas cukup bisa menjelaskan mengapa Jerman yang saya pilih sebagai tujuan impian. walaupun saat itu saya hanya ingin ke Jerman saja, tidak tahu akan apa, bagaimana dan seperti apa caranya. pikiran anak SD yang polos, yang hanya tahu jika idolanya pernah kuliah di Aachen lalu punya rumah di Hamburg. itu saja. anak SD itu juga ingin persis sama seperti role modelnya. lalu tumbuhlah anak SD itu hingga SMA dan bertemu mata pelajaran bahasa jerman. dari kelas X hingga kelas XII anak itu tidak pernah luput dari kepungan remedial mata pelajaran bahasa Jerman. hingga lulus, mata pelajaran terendah yang tertera di Ijazah pun tidak lain adalah bahasa Jerman. hingga anak itu yakin, bahwa bahasa Inggris yang nilainya jauh lebih tinggi dari bahasa Jerman layak di jadikan pilihan jurusan kuliah.
tapi semesta berkehandak lain, nama anak SD itu tertera di koran jawa pos pada kolom PENGGUMUMAN HASIL SNMPTN yakni sebagai mahasiswa jurusan sastra jerman Universitas Negeri Malang. kok bisa? tanyakan saja pada semesta. lalu anak SD itupun menerusakan mimpinya yang sempat tersandung karena semasa SMA dia menemukan kenyataan bahwa bahasa Jerman tidak mudah. Ingat! tidak mudah bukan berarti tidak bisa. 8 semester di lalui juga dengan tidak mudah. penuh sekali perjuangan untuk mendapatkan nilai B pada matakuliah berbasis sastra bahasa jerman murni.
saya pikir keputusan untuk ke Jerman adalah keputusan yang paling gila yang pernah dilakukan anak SD itu. selain nilai Ijazah SMA yang dengan terang menyatakan bahasa Jerman adalah nilai terendah. Ijazah S1 pun juga tidak jauh berbeda bentuknya, yakni nilai bahasa Jerman masih menduduki nilai terendah. tapi mimpi tetap bernama mimpi kalau kita tidak bangun lalu berangkat. 11 Agustus 2015 anak SD yang juga anak bungsu dari Ibu Sukarni dan Bapak Asmadi itu berangkat menuju hal yang selama ini dia percaya sebagai mimpi. dan tanggal 13 agustus 2015 waktu mimpi, dia tiba pada kenyataan. 18 hari kemudian anak SD itu berumur genap 22 tahun dan merayakan ulang tahunnya dengan sederhana di tempat yang luar biasa. tempat yang selama ini dia sebut mimpi. anak SD itu saya, yang sebentar lagi sudah tidak muda lagi.
saya yang 2 tahun lalu tidak tahu ingin apa dan bagaimana hidup Jerman. saya yang 2 tahun lalu tidak tahu bagaimana caranya hidup mandiri, membagi waktu antara belajar dan bekerja. mengingat sejak lahir sampai umur 21 tahun saya hidup nyaman di rumah, ingin makan apapun tinggal bilang ibu, ingin barang apapun tinggal bilang ayah. dulu saya penakut dan pemalu, ke kantor pemerintahan atau ke kantor polisi untuk mengurus surat administrasi apapun kalau ayah tidak mengantar saya tidak akan pernah berangkat. ke dapur kalau ibu tidak ikut serta pun saya malas.
2 Tahun ini cukup mengubah stigma bahwa bahasa Jerman ternyata tidak sesulit dulu. waktu yang mulai merubah kebiasaan-kebiasaan seperti 'yang besok di pikir besok'. menjadi yang '3 bulan kedepan harus sudah dipikir matang dan direncanakan mulai hari ini'. kebiasaan tertib, tepat waktu, terbuka menyampaikan pendapat dan lain sebagainya. saya pernah bertengkar dengan petugas imigrasi di Spanyol, memaki pengendara yang tidak tertib di Belanda dan banyak lagi. 2 tahun kemudian kemampuan memasak saya meningkat drastis berbekal youtube dan resep dari ibu saya mulai bisa membuat kue-kue tradisional jawa dengan bahan seadanya. karena yang dibutuhkan untuk memasak di jerman  bukan sekedar skill tapi juga improvisasi. mengingat tidak semua bahan tersedia di sini. salah satu hal terindah di dunia adalah bisa berada pada kenyataan yang dulu kalian sebut mimpi. prosesnya memang luar biasa panjang, melewati banyak keraguan, di jatuhkan berkali-kali. tapi jika kalian yakin, ya sudah yakin saja. setelah di Jermanpun sudah puluhan kali saya berfikir dan hampir pulang habis ke indonesia. tapi saya percaya, kalau mimpi saya baik pasti ada kekuatan yang maha besar yang pasti membantu saya.
sebagai reminder untuk saya sendiri, bahwa pencapaian saya bukan hanya karena saya. melainkan karena orang tua yang percaya pada mimpi anaknya.  karena restu orang tua yang dengan ikhlas melepas putri bungsu yang taunya minta saja, akan jarang sekali pulang. kalau saya nanti jadi orang tuapun saya belum tentu bisa menerima, jika anak saya yang saya lahirkan dengan nyawa sebagai taruhan, lalu saya besarkan dengan waktu dan biaya tak terhingga tiba2 pamit pergi jauh begitu saja. Tanpa mereka yang luar biasa mendidik saya, saya tidak akan bisa di sini dan menulis panjang seperti ini.
selama di Jerman, saya melakukan perjalan ke kota-kota yang pernah di sebutkan di buku yang puluhan tahun lalu saya baca. buku magis yang melatari cikal bakal mengapa saya disini. dan Anehnya kota Aachen yang mendomanisi buku itu belum pernah saya sambangi. tapi hidup itu lucu,  secara tidak sengaja pun saya menemukan seorang teman dekat sekali di hati *eaaaa..kiyu..kiyu. dan orang tersebut lahir dan besar di Aachen. sampai post ini di tulispun saya belum juga berkesampatan ke kota tersebut. karena dia yang selalu datang ke kota tempat saya tinggal.

Ein leben ohne Träume ist wie Nachthimmel ohne Sterne.
Hidup tanpa mimpi itu seperti langit malam tanpa bintang

-Rusi 2017- 

You Might Also Like

2 komentar

  1. Sangaaar umak....
    Gak ono usaha seng sia2

    BalasHapus
    Balasan
    1. seng luweh sangar teko aku uwakeehh. aku iki sek remah-remah kwaci 😂

      Hapus