bila saja aku tetap di rumah, maka aku. . .

14.45

               

merantau itu memang berat bukan main, tapi pelajaran hidup yang akan kalian dapat disana tidak main-main. -Rusi 2017-

latar belakang penulisan artikel ini berawal dari rasa syukur saya yang luar biasa. karena kebanyakan akhir pekan saya habis dengan makan, ngobrol sambil main Uno, Ligretto, Ubungo atau bahkan Monopoly dengan teman-teman yang sebagian besar tidak berbahasa Indonesia. awalnya susah sekali bergaul dengan pergaulan seperti ini, karena kadang selalu saja ada salah paham, salah komunikasi atau kesulitan menjelaskan ide atau gagasan karena terkendala bahasa. adakalanya saya bisa menjelaskan dengan lebih baik dalam bahasa Inggris ketimbang bahasa Jerman, tapi lawan bicara saya tidak terlalu bisa bahasa Inggris atau sebaliknya.
saya dulu adalah orang yang introvert. saya lebih suka dirumah mengundang teman datang kerumah daripada datang ke rumah teman atau pergi ke mall membeli kopi mahal. Di Jerman saya akan mati membusuk disudut kamar jika saya meneruskan kebiasaan tersebut. asal kalian tahu, semua masalah perantau itu sama, tak peduli merantaunya jauh atau dekat, yakni rasa kesepian. entah rasa itu lebih 'membunuh' daripada rasa rindu rumah. entah seberapa banyak teman yang saya kumpulkan, to-do list sepanjang apapun dan dengan siapapun setiap hari demi menghindari  rasa itu. atau karena pengaruh keluarga saya terlalu kuat sehingga membuat saya tetap saja mempunyai ruang kosong yang tidak bisa diisi.
ketika bertemu, membuat atau menghadiri acara Indonesia rasa homey dan 'ruang kosong' itu terasa terisi penuh itu  namun, ketika saya pulang, berbaring ditempat tidur lalu hening itu datang lagi, 'ruang penuh' tadi menjadi kosong kembali. sampai akhirnya saya menemukan formulasi mantra sebagai penghibur atau pengalihan lebih tepatnya. mantra itu berbunyi seperti ini
"bila saja aku tetap di rumah, maka aku tidak akan tahu rasanya berkawan baik dengan Levin orang Albania".
bila saja aku tetap di rumah, maka aku tidak akan pernah belajar tajwid dan bahasa arab dasar dari Idris orang yang lahir di Damaskus, Suriah.
bila saja aku tetap di rumah, maka aku tidak akan tahu betapa sedihnya beras, roti dan kentang habis ketika lapar dan lelah setelah pulang kerja.
bila saja aku tetap di rumah, maka aku tidak akan mengenal sistem pendidikan anak usia dini di Jerman itu seperti apa.
bila saja aku tetap di rumah, maka aku tidak akan melihat cantiknya Spanyol, Belanda, Perancis dan Luxemburg itu seperti apa.
bila saja aku tetap di rumah, maka aku tidak akan tahu cara membuat lupis, klepon, wajik, sate, gado-gado dengan tangan sendiri itu bagaimana.
bila saja aku tetap di rumah, maka aku tidak akan tahu ternyata mimpiku lebih besar daripada keinginan pulangku.

dan banyak lagi ternyata kenyataan yang saya temukan yang lebih indah dibandingkan meringkuk di rumah, makan masakan ibu dan menikmati fasilitas dari ayah. FYI di Jerman remaja sekitar umur 18 sampai 25 tahun akan merasa sangat pecundang jika mereka tetap menumpang di rumah orang tua mereka. dan jika saja ada manusia telah menikah dan tetap menumpang hidup di rumah orang tua mereka, maka sanksi sosial dari tetangga yang akan mereka dapatkan. lalu di negara saya yang tercinta, berani menikah, mempunyai keturunan dan masih sempat bangga pula padahal mereka satu atap dengan mertua atau orang tua.
jangan jadikan ekonomi sebagai kambing hitam lho ya, tolong! untuk kalian yang beragama islam coba baca dan telaah lagi Q.S Ar-Ra`d :11.
guys if there is will there is ALWAYS way.

You Might Also Like

0 komentar