Boys will be boys

22.14


Sampai kapanpun kita para perempuan atau wanita mungkin benar- benar setuju dengan ungkapan 'boys will be boys'. Anak lelaki akan tetap menjadi anak lelaki atau bisa di sederhanakan menjadi lelaki sampai kapanpun akan tetap bersifat kekanak-anakan. Kita bisa melihat sendiri faktanya jika adik, teman atau ayah kita tetap bermain PS atau bermain layang-layang tak peduli berapa umur mereka. Mereka tetap menonton dragon ball, one piece dan kartu n jepang lainnya. membaca komik, dan melakukan hal-hal yg menurut kita para wanita kekanak-anak an. Dulu memang saya setuju, tapi setelah perlahan dewasa saya menyadari ungkapan itu tak lagi benar. Ketika duduk di bangku sekolah saya punya banyak sekali teman lelaki. Saya juga punya saudara sepupu yang juga kebanyakan laki-laki. Saya mengamati mereka semua hingga saat ini. Mereka banyak sekali berubah seiring bertambah usia walaupun memang kebanyakan mereka tetap dalam raga yang masih main layang-layang dan Ps-an meskipun tidak sesering ketika mereka anak-anak dulu. Saya ambil random beberapa contoh. Saya punya saudara sepupu , yang dulu sekolah di STM. Sebut saja dia Mas A. Mas A dulu tidak peduli sekolah, dia hanya nonton arema yang saat itu masih berkandang di gajayana. Tiap malam dia bermain kartu Remi dan nongkrong di pos ronda hingga larut malam dan begitu seterusnya. Mas A bisa dikategorikan sbg anak bandel, saya ingat sekali saat itu saya masih duduk di sekolah dasr dan Mas A kelas 3 di STM. Saat itu bulan puasa dan Mas A menjadi panitia penerima Zakat. di malam takbir ketika semua panitia sudah membagikan zakat kepada orang-orang yang berhak menerima di sekitar lingkungan rumah. Berasnya masih tersisa dan Mas A dan komplotannya menjual beras tersebut dan kalian tahu apa yang terjadi? Mas A kecelakaan. Saya ingat betul tragedi itu, karena untuk pertama kalinya saya melihat mas A berlumuran darah dari ujung jidat sampai luka robek di dengkul kakinya pun saya masih ingat dengan jelas. Umur 23 mas A menikah dan beberapa tahun kemudian dia menjadi seorang ayah, iya...seorang ayah. Sejak menjadi seorang suami dan juga seorang ayah saya memang masih melihat mas A bermain PS dan bahkan bermain kelereng dengan sepupu saya yang lain. Cara dia bertutur katapun sama sekali tidak berubah, masih slengek an dan benar2 tidak bisa bicara serius. Tapi ketika dia berhadapan dengan perempuan kecil yang dengan hangat dia panggil 'nduk' dia jadi mansia yang benar-benar berbeda. seringkali dia berhasil menenangkan anaknya yang cantik berhenti menangis, menemukan solusi ketika anaknya rewel minta ini itu. bahkan menganti popok anaknya dengan bersih dan benar dia bisa. BISA. Anaknya pun terlihat lebih nemplok ke mas A dari pada ke ibunya.
   Saya ambil contoh yang lain, beberapa teman SMA saya yang dulunya subhanaAllah nakal, yang mungkin hampir tidak pernah belajar, yang cabut waktu jam pelajaran, yang merokok di toilet sekolah, yang intinya saya tidak pernah punya ingatan ingatan yang baik tentang beberapa dari mereka. Dan sekarang, 5 tahun kemudian mereka ternyata sudah menjadi suami yang menafkahi istri dengan baik. Ayah dari bayi yang lucu, menjadi guru yang selalu mendoakan murid-muridnya. sekarang setelah beberapa tahun berlalu mereka menjadi pria yang baik dan utuh. Berdedikasi pada profesi, bertanggung jawab pada keluarga, mereka total berubah.
Mungkin benar dragon ball, one piece atau bahkan kapten Tsubasa tetap menjadi film favorit mereka, tetapi menurut saya itu hanya soal selera yang saya benar-benar tahu, mereka orang yang baru bagi saya, pria-pria yang berubah luar biasa.

You Might Also Like

0 komentar