perihal Tuhan - Taizé 2017-

11.32

perlu diingat post ini semata hanya wadah saya untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan dari buku yang pernah saya baca serta pemahaman yang saya imani. jadi jika kontennya tidak sepaham dengan anda, mohon maaf karena isi kepala dan kadar pemahan setiap orang memang berbeda. Terima kasih.
sejak saya di Indonesia pertanyaan ini memang sedikit menggangu pikiran saya. yakni pertanyaan apakah agama yang saya imani memang benar untuk saya atau itu hanya turun dari orang tua? karena dari kecil saya ataupun anak kecil lain di Indonesia tidak diberikan keleluasaan untuk mencari 'jalan' menuju Tuhan . keluarga muslim yang mempunyai anak baru lahir, pasti sang ayah spontan adzan di telingga bayinya begitupun keluarga kristen yang membaptis anak mereka. dan hal yang sama juga terjadi pada Hindu ataupun Budha. kami anak-anak tidak di biarkan  menelaah dan mencari sendiri apa sebenarnya Tuhan dan apa makna  beragama. apa karena kami masih anak-anak? maka dari itu kalian berfikir akal dan pemahaman kami belum sampai titik tersebut. mungkin masuk di akal. tapi mengapa setelah anak-anak itu dewasa dan cukup paham arti memilih lalu keluarga (kebanyakan) menentang pilihannya karena yang dipilih sang anak tidak sejalan dengan yang dipilih keluarga. mengapa? bukan kah dalam piagam PBB tentang Deklarasi Universal of Human Rights 1948 jelas tertulis bahwa bebas memiliki agama adalah salah satu dari 3 hak paling dasar asasi manusia.
pernahkah kalian berfikir mengapa kita semua diciptakan sangat beragam? lalu kita yang sangat beragam ini harus berpusat pada satu poros yakni Tuhan. contoh sederhana, dari sebuah buku yang pernah saya baca. tukang roti tidak akan pernah mampu membuat roti dengan bentuk dan ukuran yang persis sama walaupun telah menggunakan cetakan yang sama. lalu yang paling penting dari roti tersebut apa? bentuknya atau rasanya?  itu hanya persepsi manusia.

saya luar biasa bersyukur kepada Tuhan yang memberi saya hidup berikut kesempatan melihat dunia dan keberagaman yang lebih luas. dan puncak kesyukuran saya adalah kemarin, tanggal 22 april saya berkesempatan mengikuti workshop atau seminar di sebuah desa kecil di Perancis bernama Taizé. dan saya percaya tidak ada hal yang kebetulan di hidup ini, termasuk hidup saya. setiap langkah kecil hidup saya pasti Tuhan sudah mengaturnya, termasuk perjalanan saya menuju Taizé. saya hidup disana selama 6 hari tanpa internet, tanpa smartphone, minim peralatan listrik dan harus mengantri sangat panjang untuk mendapat sepiring makanan.
dalam jangka 6 hari tanpa internet tersebut, banyak sekali hal yang bisa saya lakukan, termasuk membaca buku dan berkenalan atau ngobrol dengan peserta yang lain. untuk informasi desa tersebut selalu dikunjungi kurang lebih 3000 orang  dari seluruh dunia (kebanyakan dari eropa)di musim panas. saya beruntung karena April belum memasuki musim panas, jadi suasana ketika saya tinggal disana relatif lenggang. hal pertama yang saya pikirkan ketika sampai disana adalah saya ingin cepat pulang. sampai pada suatu siang, saya harus mengikuti misa di gereja, gereja paling lain seperti gereja yang umumnya saya temui di jerman. gereja tanpa bangku panjang dengan ujung altar yang megah dan mewah. gereja ini seperti lembah.  lapang, tenang, damai dan apa adanya. dan yang paling mengejutkan di sela-sela pembacaan doa ada bahasa indonesia yang dibacakan tanpa aksen dan dialek. itu artinya ada Bruder atau pastur (tapi sebenarnya Bruder dan pastur berbeda) yang merupakan orang indonesia. di situ saya semacam mendapat motivasi tersendiri untuk mengikuti setiap program dalam workshop tersebut. jujur, saya luar biasa bangga. betapa tidak ada orang indonesia yang menjadi seorang bruder diantara Brudern dari Italy, swiss, Austria, Spanyol, Jerman, Inggris, Swedia, bahkan Australia di Perancis... dsb. saya amat yakin, untuk berdiri diantara mereka bukan perkara mudah. untungnya di hari terakhir saya dapat bertemu bahkan berfoto dengan Bruder tersebut. sungguh saya amat bangga dengan anda.
kembali lagi pada persoalan Tuhan. kalian yang beragama muslim pernah mencoba masuk ke gereja lalu berdoa. dalam hal ini bukan berdoa dalam bentuk sholat. melainkan memuji dan mengingat Tuhan dengan nada-nada merdu berbahasa inggris. untuk kalian yang kristen, pernah kalian juga berfikir untuk masuk masjid dan memuji Tuhan dengan nada-nada berbahasa arab. atau untuk kalian yang muslin atau kristen, pernahkah terbesit untuk berdoa di klenteng dan memuji Tuhan dengan bahasa mandarin. atau berdoa di Candi dengan para Biksu. atau bahkan di sinagoge. saya sudah pernah. alasan saya bukan untuk mencoba atau sekedar ingin tahu melainkan untuk paham dan mengerti. paham jika Tuhan satu dan mengerti mengapa kita banyak dan berbeda.
cobalah, maka kalian akan tahu betapa indahnya mendapat energi baru, cara pandang baru dan teman berdoa baru. semakin kalian belajar betapa nikmatnya perbedaan maka semakin kalian mengerti bahwa pada akhirnya kita sama saja. pemandangan paling indah di dunia ini ternyata bukan pantai, gunung, lembah hijau atau istana barok melainkan melihat orang berdoa khusyuk dengan caranya masing-masing.
kita hidup dengan banyak keberagaman dan tentu saja Tuhan punya alasan kenapa kita diciptakan berbeda dengan berbagai bahasa, warna kulit, warna rambut, warna mata dan sebagainya. sudahkah kalian mencari tahu?
yang paling saya sayangkan ketika warga negara saya sendiri masih sibuk meributkan perbedaan yang berujung saling caci baik di dunia nyata maupun dunia maya. ketika saya menonton dan membaca berita tentang pertikaian antar suku, agama atau yang paling busuk yakni pendukung pasangan calon pemimpin itu rasanya benar-benar speechlessi, have no a single word. ingin tertawa tapi tidak lucu, ingin sedih tapi membuang waktu.


You Might Also Like

0 komentar