Apakah
kalian pernah terserang rasa gelisah ketika melihat timeline social media isinya foto pre wedding, foto akad nikah atau foto resepsi? Sedangkan kalian
hanya rebahan diatas tempat tidur yang
lampunya temeram sambil men-scroll social
media . Atau kalian pernah mengalami suatu momen ketika kalian duduk di
pojokan perpustakaan kampus lalu di luar
jendela nampak sekelompok squad girls
yang sedang menyeruput kopi mahal yang
sedang merencanakan liburan mereka ke luar negeri? Atau disebuah kesempatan
arisan keluarga, ada sepupu kalian yang umurnya hampir sebaya sedang menempuh S2
dan sepupu yang lain mempunyai pekerjaan
yang diidamkan hampir semua calon mertua. Sadangkan kalian hanya bekerja di
perusahaan tidak ternama dengan gaji UMR saja.
Teruntuk kalian yang sedang atau mengalami itu, berbahagialah
karena itu amat sangat normal. Aku pun juga pernah merasakan itu ketika umurku
25 tahun. 3 tahun lalu, aku melihat timeline
social media ku penuh dengan foto prewedding
teman-teman sekelassku semasa sekolah, atau bahkan foto bayi-bayi baru
lahir bertebaran di akun teman sebayaku. Tak hanya itu, sahabatku sendiri, baru
saja menyelesaikan pendidikan S2 nya dan mepunyai pekerjaan yang seetle. Sadangkan
aku? Aku masih saja berurusan dengan persiapan masuk universitas dan single
pula. Pernah suatu malam, aku hampir membeli iket pulang ke indonesia, karena
aku tidak tahu lagi, harus memperpanjang visa dengan cara apa, dan dapat
penghasilan darimana untuk membiayai hidupku disini. Ditanah rantau yang dikira
orang sangat megah dan bergelimang harta. Dimalam itu, aku ingat betul, aku
bertanya kepada diriku sendiri, aku ini sesungguhnya sedang mencari apa? Sedang
mengejar apa? Entah kalian percaya atau tidak, dititik dimana kalian tidak tahu
lagi harus berbuat apa maka tangan Tuhan yang digerakan oleh doa orang tuaku
lha yang menolong aku menjawab pentanyaan itu. Selang setengah jam kemudian,
ada kawan lama yang memberi tawaran pekerjaan sampingan yang hasilnya lumayan. keesekon harinya ada telpon dari kollega yang
bersedia membantuku untuk keperluan Visa. Singkat cerita, 3 tahun 7 bulan kemudian,
yakni hari ini aku sedang mahasiswa semester 4 salah satu Perguruan Tinggi Negeri
dan baru seminggu aku menyandang status istri. Ini bukan nasib baik, tapi hasil
dari kerja keras dan berserah diri.
Karena semua punya masa, iya masanya sendiri. Jadi
untuk kalian yang sekarang sedang sedih, menangislah sekancang-kencangnya, selagi kalian bisa merasakan sedih, karena
sedih punya masanya.karena sedih pasti berganti,percayalah! Seperti danau, yang
pasti bertepi. Jika kalian sekarang merasa risau, kalian tidak sendiri sebab
semua orang yang hidup pernah merasa kacau. It’s
life! Itu bagian dari kehidupan, nikmati saja.
Di Dunia
psikologi ada yang namanya Quarterlife
crisis. Hampir setiap orang pernah berada pada krisis ini. Jadi untuk kalian yang sedang berumur
antara 20-30 merupakan hal normal jika kalian merasakan hal-hal yang aku
sebutkan pada artikel pembuka. Karena di Usia 20an kita barusa saja
meninggalkan masa remaja atau masa putih abu-abu yang tak terlupakan lalu
bertranformasi menjadi seorang dewasa muda yang penuh tuntutan dan tanggung
jawab. Yaaa kaget dong! Karena di interval umur ini, hampir semua baru dihidup
kita contohnya pasangan, pekerjaan atau bahkan keturunan. Remaja sekiatar 13
-18 tahun adalah masa mencari jati diri. Sedangkan dimasa 20-30 tahun adalah
masa mempertanyakan apakah semua keputusan yang kalian ambil benar? atau
petanyaan akan melakukan apa untuk masa depan? Kenapa disebut Quarterlife crisis? Karena pada umur-umur
dewasa muda inilaha salah satu krisis yang harus dihadapi dalam hidup, karena
hidup tidak segampang menjawab pertanyaan Quiz di Eat Bulaga SCTV yang
jawabannya hanya „iya, tidak dan bisa jadi“ dimasa ini kalian harus menjawab pertanyaan
kalian sendiri, karena jawaban itulah yang mentukan jalan hidup mana yang akan
kalian ambil.
semoga tulisan ini bermanfaat ;)