Pernah Ababil -Karya Panjang Pertama- Lembar 7

12.55

Mirip adegan cinta fitri
Persoalan cinta gue emang tarik ulur persis alur cerita cinta fitri yang ber season-season itu, entah cinta fitri itu berakhir di season berapa?atau bahkan cinta fitri gak ada akhirnya, karena ternyata farel dan fitri terlibat cinta lokasi dan pacaran sampai sekarang. Ini apa sih kok jadi nggomongin farel sama fitri. Kembali ke cerita si mansyur (kebanting banget ya,abis nulis nama se keren ‘farel’ sekarang harus nulis nama sekampungan ‘mansyur’) di kehidupan nyata emang gitu sih,,nama samaran mansyur cocok sama karekter aslinya yang suka dangdutan, dan suka main sama biduan-biduan dangdut,hhheee. Yuuupp...mansyur sekarang lagi deketin gue lagi dan katanya sih udah putus sama mawar, dan bodohnya gue percaya aja sama kata-kata si mansyur yang masih abege itu (waktu itu gue juga masih abege sih jadi gue juga masih bego’). Intinya gue sama si manyur waktu itu sama-sama masih bego`(kalau gue dulu gak bego’gue pasti udah gak mau sama si manyur) sedikit mengutip kata-kata pak mario teguh kita akan dipertemukan dengan orang salah terlebih dahulu, sebelum dipertemukan dengan orang benar. Singkat cerita akhirnya gue jadian sama si mansyur dengan adegan penembakan yang sampai sekarang gue juga binggung, waktu itu gue nolak mansyur apa nerima mansyur sih?
Saat adegan mansyur nembak gue dengan kata-kata berstandar nasional cowok nembak cewek “loe mau gak jadi pacar gue?”. Dan gue menjawab, “basi banget pertanyaan elo!”. Tapi intinya sih setelah hari itu kita berangkat sekolah bareng, jalan bareng dan semuanya jadi bereng. Tak beda jauh dengan sejoli yang lagi kasmaran lainnya, kita juga punya panggilan sayang. Tapi panggilan sayang kita gak se iieeuyyuuhh panggilan MAMA-PAPA, emang udah pada bagi tugas apa siapa yang masak, siapa yang kerja?siapa yang bayar uang sekolah anak, dan siapa yang bayar tagihan PLN dan PDAM kok gitu aja panggil MAMA PAPA, jadi orang tua gak segampang yang kalian pikir bego!
Gue panggil dia bikang dan dia panggil gue apem. Gue juga lupa asal muasal panggilan apem-bikang ini. Sekedar info, apem dan bikang adalah kue tradisional jawa yang letak dan penempatannya jauh sekali berbeda. Letaknya seperti kutub selatan dan kutub utara yang mustahil bertemu. Bikang itu kue yang terletak di kotak kue yang biasanya di dapet dari acara pernikahan, sedangkan apem adalah kue yang kebanyakaan berwarna pink menyala bersanding dengan nasi dengan lauk sayuran yang bergumul dengan kelapa parut yang biasa di dapet dari acara selamatan orang meninggal. Nah lho..ini mungkin emang pertanda dari sang Khaliq kalau kita memang gak berjodoh. Amiin...
Lupakan soal permasalahan per apem-an dan per bikang-an di atas. Rupanya perjalanan bahagia gue mengecap manisnya cinta tak bertahan lama, iya tidak lama setelah kita jadian, si mawar semacam tidak terima atau lebih tepatnya tidak ikhlas. Terus gue harus apa? Bukannya barang yang sudah di buang tidak dapat di tukar atau di ambil lagi, persis di tulisan nota minimarket waralaba. Sampai pada suatu saat gue mendapati gue jadi semacam buronan di sekolah gue sendiri. Waktu itu gue datang ke sekolah dengan wajah innocent gue yang baru ishoma (istirahat sholat makan) di rumah maria, pas banget waktu itu gue baru bangun tidur dan gue masih berusaha mengumpulkan nyawa gue yang masih tercecer. Dengan keadaan yang belum one hundred persen itu gue lewat pintu gerbang dan akan memulai pelajran tambahan buat persiapan ujian nasional. Tanpa gue sadari atau emang saking bego’ nya gue, waktu itu semua mata tertuju sama gue, tapi pandangan mereka terlihat berbeda. Bukan terlihat seperti kagum melihat putri indonesia yang melambaikan tangan di catwalk melainkan lebih melihat gue sebagai tahanan yang teroris bom bali yang baru aja ketangkep. Yuupp...dengan muka yang sedikit binggung dan keringetan si mansyur nyamperin gue dan beerkata,
“mawar pingsan”....
Trus gue mesti apa?bilang WOOUW gitu?
Sulit tergambar apa yang gue rasain saat itu, binggung, takut, sedih, semua rasa itu tercampur jadi satu persis kayak nasi mawut spesial pake telor. Tapi gue binggung lagi, kenapa gue mesti takut? Gue salah apa?
Yang jelas untuk pertama kalinya dalam sejarah gue nangis di kelas di saksikan seantoro teman sekelas gue dan mereka hanya bisa diam dan terhanyut bersama air mata gue yang mengalir secara sia-sia itu. Notobene di kelas gue adalah orang yang atraktif, aktif, annoying , doyan nggomong, dan sekonyong-konyong di siang bolong itu mereka melihat gue berlinang airmata tanpa kata dan tanpa sebab yang gak jelas. Dengan keadaan yang absurd itu gue masih tetap melanjutkan jam pelajaran tambahan sosiologi dengan guru yang flat yang bernama pak banji (bukan nama sebenarnya). Guru ini kasihan banget deh, beliau selalu kita bully dan kita anggap remeh. U know me so well kelas IPS itu terkenal rancu dan sullit diatur. Bahkan di sekolah gue dengan bangga kita mendeklarasikan kalau IPS itu singkatan dari Ikatan Pelajar Sukses. Kata-kata itu seolah terbukti oleh seringnya kelas- kelas IPS itu memenangkan lomba-lomba yang diadain sekolah, kelas gue contohnya kita menang lomba yel-yel JJS juara 2, lomba drama juara 3 dan lomba mading juara 2, lomba bakat kita juara 1.
Entah emang kita hebat atau emang juri takut kalau kita gak di-menang-in, kita bakal demo, protes terus bakar sekolah, entahlah...Cuma para dewan juri dan Tuhan yang tahu.

You Might Also Like

0 komentar