Pernah Ababil -Karya Panjang Pertama- Lembar 4

12.52

Nadzar beli kalkulator

Pembagian rapor hari ini gak seperti biasanya, entah kenapa terlintas sebuah janji kepada diri sendiri dengan backsound sperti sinetron di Rcti “nanti kalau penjurusan gue diterima dikelas IPS gue janji mau langsung beli kalkulator” sungguh tidak penting, kalau sebagian orang diluar sana bernadzar akan berpuasa atau menyantuni anak yatim dan semua perbuatan berpahala yang lain, eh kenapa gue harus bernadzar beli kalkulator?? Dan jadilah hari itu gue mendapati tulisan di pojok kanan bawah rapor gue yang menerangkan kurang lebih kalau gue diterima di kelas XI IPS 2. Yuup akhirnya kenyataaan yang diinginkan terkabulkan. Sampailah di suatu senin yang terlalu mendung dan terlalu nyaman untuk bangun siang, bener aja hari pertama kelas XI gue terlambat. Benar-benar awal yang kurang baik, tapi dengan berbagai cara dan kecerdikan gue bisa masuk kelas dengan selamat sentosa. Setelah sampai dikelas gue baru nyadar kalau gue belum bener-bener selamat sentosa karena gue belum booking seat di kelas baru ini,oh man...setelah sampai dikelas gue mengamati setiap bangku yang belum berpenghuni,dan ternyata ada satu bangku kosong yang tak berpenghuni dan disampingnya ada marya bekas temen gue di kelas satu dulu, gue langsung duduk di bangku kosong itu, setelah duduk.
Deny yang ada didepan nggomong dengan bahasa jawanya “wes tenang,uwes tak dipno nggen” yang artinya “udah tenang aja udah gue booking bangku kok”.
Di saat seperti ini emang bener sahabat yang bener-bener sahabat yang bisa meraih tangan gue sebelum masuk ke jurang kesialan.
Hari itu diawali dengan pelajaran ekonomi dengan guru yang bernama sebut saja dedi, (mungkin nama panjangnya dedikasi)yaakk menurut first sight gue orang ini memang penuh dedikasi untuk sekolah dan profesinya. Jam pertama pelajaran berlalu dengan cepat karena gue emang suka banget sama mapel ekonomi, (namanya juga cewek jadi normal kalau suka mempelajari hal-hal yang masih bernafaskan dan berorientasi pada uang). Entah kenapa kalau pelajaran yang kita sukai dan gurunya emang klik pasti 2 jam itu berasa lewat begitu saja. Coba kalau matapelajaran yang kita benci (sebut saja matematika) apalagi gurunya gak cakep dan umurnnya mendekatai masa manopause pasti waktu 2 jam itu berasa berabad-abad dan rasanya kayak kita udah deket banget sama akhir jaman saking lamanya.
Kembali ke hari pertama dikelas IPS XI 2, di waktu kosong sebelum guru masuk kelas, gue menebar pandangan ke semua sudut kelas dan hati gue berkata persis seperti di adegan sinetron RCTI lagi, “muka-muka ini lha yang akan menemani gue selama 2 tahun ini dan tentunya mereka ini lha yang akan memberi warna di masa SMA gue yang kata banyak orang bilang kalau masa yang paling indah adalah masa SMA”. Gue sih gak setuju sama kalimat itu, menurut gue emang hidup ini memang masa yang paling indah, kehidupan adalah masa yang dipilihkan oleh Tuhan untuk manusia-manusia yang beruntung seperti kita. Ya kalau boleh punya statment sendiri tentang masa yang paling indah,menurut gue masa TK adalah masa yang berhak menyandang predikat paling indah. Masa dimana kita di paling sering dapet pujian ‘anak pinter’. Bisa nyebutin 24 alphabet aja kita udah bisa dapet predikat ‘anak pinter’, gurunya cantik dan ramah kalau ada yang agak tua dan gak ramah itu biasanya kepala sekolah Tknya. Kerjaan kita di TK Cuma main jungkat-jungkit, main ayunan, nyanyi, hafalin pancasila , gak ada PR, mewarnai gambar, menggambar 2 gunung dengan sudut lancip lengkap dengan matahari senyum diantaranya dan tak ketinggalan sawah dan sungai yang melengkapi, mentok-mentok juga belajar berhitung 1- 10, dan jika gak bisa hitung 1-10 tapi Cuma bisa hitung 1-5 pun udah dibilang pinter. Karena semua faktor itu lha menurut gue TK itu berhak menyandang predikat sebagai “masa yang paling indah”.
Balik lagi ke muka-muka penghuni kelas XI IPS 2 yang bakal menemani gue 2 tahun kedepan. Sepertinya perbandingan cowok dan ceweknya agak gak seimbang, lebih tepatnya jumlah murid cewek lebih banyak. Setelah gue telaah lagi, ternyata banyak temen-temen dari X-G kemarin yg juga masuk kelas ini dan yang paling gue seneng adalah gue bisa sekleas sama deny,lina dan maria sahabat yang udah klik dari kelas X G dulu. Sebenarya dulu udah deket sama devi, fitceng dan balqis, tapi sepertinya Tuhan tidak mentakdirkan kita berempat untuk bersama, devi kelempar ke kelas sebalah, fitceng ada di jurusan bahasa dan Balqis bertengger di kelas IPA. Yah...memang yang sama itu tak harus selalu bersama.
Bicara soal subjudul diatas “nadzar beli kalkulator”stelah beberapa bulan berlalu gue merasa belum terlalu membutuhkan kalkulator. Diakhir kelas XI gue baru sempet beli kalkulator yang beneran degan merk casio yang memang kalkulator buat siswa bukan kalkulator tukang sayur yang kalau dipencet bunyi tiit..tiit..tiit. bisa dibilang di kelas XI ini adalah masa dimana gue mengalami masa pendewasaan lebih awal dari yang seharusnya. Boleh dibilang dikelas ini my show is beginning. Masa dimana gue bener-bener menemukan mana yang temen, mana yang pura-pura jadi temen dan mana yang emang temen gue tulen. Kelas gue ibaratkan toko buku buat gue, gue membaca semua koleksi buku di toko itu, mulai dari bacaan ringan sampai bacaan berat, mulai dari komik sampai buku pelajaran. Yuppp..semua ada di dikelas gue, semua ilmu kehidupan ada di kelas gue.

You Might Also Like

0 komentar